Ziarah, bagi tradisi sebagian besar orang Indonesia adalah mengunjungi sanak saudara yang sudah meninggal di Taman Pemakaman Umum (TPU). Tradisi ini minimal dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu beberapa saat sebelum bulan puasa Ramadhan dan setelah / pada saat Idul Fitri.
Bagi saya, Ziarah adalah mengenang orang yang sudah mendahului kita, mengingat bahwa kita pun akan seperti mereka. Membantu merawat makamnya, dengan harapan, begitu kita meninggal, orang akan merawat makam kita. Dengan merawat makam, maka orang akan sering datang, mendoakan, mengingat, mengenang masa-masa lalu. Silaturahmi tetap terjaga secara spiritual.
Bagi Aqyl, Ziarah ke makam kakeknya (mertua saya), adalah membaca Yasin bersama-sama dengan berpayung.
Kakeknya Aqyl telah dipanggil dahulu oleh 4JJI 17 Juli 1992, jauh sebelum Aqyl lahir.
Saya berharap, walau Aqyl belum pernah secara langsung bertemu Kakeknya, namun secara spiritual dia tahu, bahwa ia punya Kakek yang pasti sangat sayang kepadanya.
Ziarah bukan tradisi, Ziarah adalah keharusan dalam arti menjaga hubungan spiritual, agar kita dengan yang sudah mendahului kita, tetap merasa dekat.
Seperti kalau orang mengadakan resepsi pernikahan, berZiarah tidak perlu bawa Hadiah, tidak perlu bawa bunga, yang penting kehadiran Anda dan Do'a Anda yang dibutuhkan.
Bagi orang yang sudah mati, tinggal tersisa 3 amalan:
1. Amal baik
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Do'a Anak yang sholeh.
Bila cucu juga sholeh dan mendoakan, maka anaknya yang mendidik berarti sholeh, Insya 4JJI tetap termasuk hitungan do'a anak yang sholeh. Amiin.
Ya 4JJI, jadikan kami hamba-hambamu yang selalu mengingat mu, mengingat akan adanya mati, mati sebagai tidur yang sementara, untuk menuju kehidupan kekalmu.
